WELCOME TO THIS BLOG!!. PLEASE ENJOY THE MENU HAS BEEN PROVIDED

Sabtu, 01 Januari 2011

1 Januari! , selamat tahun baru 2011!!



1 Januari! Qta ganti kalender yg ada di dinding kamar tidur atau ruang tamu….. ya tentu ganti dengan yang baru: yaitu kalender 2011, waaauuu hampir kiamat dunkz ( kalo mempercayai tahun 2012 bakal kiamat). Walah sebagai muslim pasti tidak akan menambah rukun iman yg ada 6 manjadi 7 , yaitu beriman kalau hari kiamat jatuh pada tahun 2012.
Di akhir atau diawal taon banyak sekali ni promo-promo menarik yang lagi gencar-gencarnya, diskon yang sampai 70% bahkan up to 90% di sejumlah toko/mall. Memang akhir taon atau awal taun merupakan hari-hari yang sangat menarik bagi sejumlah orang. Perayaan tahun baru memang eman-eman kalo dilewatkan. Sudah harga mati kalo momen istimewa ini nggak boleh lewat tanpa dirayakan dengan heebooooh! Buat remaja, terasa garing binti kering-kerontang kalo malam tahun baru kagak pake acara arak-arakan di jalan raya. Baik dengan jalan kaki atau pake kendaraan bermotor sambil bakar petasan dan kembang api, niup terompet, metik gitar, nabuh gendang, Di jalan raya, raungan keras dari knalpot dan teriakan klakson kendaraan bermotor memecah kesunyian malam. Nyala kembang api dalam berbagai warna menerangi gelapnya langit dan makin menambah kemeriahan dan semaraknya suasana. Kemudian berlanjut dengan pemberian ucapan selamat tahun baru, sun pipi kiri-kanan dan tukar-menukar kado dalam iringan musik yang hingar-bingar Akhirnya qtapun perlu mengungkap tahun baru masehi itu sejarahnya gmana sih, kok bias lebih booming dibanding dengan tahun hijriah???
Sejarah Tahun Baru Masehi

Penanggalan dan perhitungan hari tahun Masehi, lahir dari rahim astrologi yakni ilmu tentang pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan rasi bintang. Astrologi berasal dari Mesapotamia, daratan di antara sungai Tigris dan Eufrat, daerah asal orang Babel kuno (kini Irak Tenggara). Ilmu ini berkembang sejak jaman pemerintahan Babel kuno, sekira tahun 2000 SM.
Semula di Mesir sekira 1000 SM, para ahli perbintangan mempelajari benda-benda langit hanya untuk ramalan umum mengenai masa depan. Pengetahuan astrologi ini diambil alih suku bangsa Babel.
Astrologi Babel kemudian mengembangkan suatu sistem yg menghubungkan perubahan musim dgn kelompok-kelompok bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Antara tahun 600 SM dan 200 SM, mereka mengembangkan suatu sistem untuk menghitung penanggalan hari dan menggambar horoskop perorangan.
Sejarah penanggalan Masehi memiliki akar dan ikatan yang kuat dengan tradisi astrologi Mesir kuno, Mesopotamia, Babel, Yunani Antik, dan Romawi Tua serta dalam perjalanannya mendapat intervensi Gereja.
Penanggalan Masehi adalah tarikh yang dipakai secara internasional, dan oleh kalangan gereja dinamakan Anno Domini (AD) terhitung seja kelahiran nabi Isa. as (Yesus). Semula biarawan Katolik, Dionisius Exoguus pd thn 527 M ditugaskan pimpinan Gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan titik tolak tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus).
Masa sebelum kelahiran Nabi Isa as (yesus) dinamakan masa Sebelum Masehi (SM). Semua peristiwa dunia sebelumnya dihitung mundur alias minus. Dengan sebuah gagasan teologis Nabi Isa as (Yesus) sebagai penggenapan dan pusat sejarah dunia. Tahun kelahiran Nabi Isa. as (Yesus) dihitung tahun pertama atau awal perjanjian baru. Penghitungan hari yang berdasarkan sistem matahari ini sebelum menjadi sempurna seperti yang kita kenal sekarang mengalami sejarah cukup panjang, sejak zaman Romawi, jauh sebelum pemerintahan Julis Caesar.
  • Maklumat Julis Caesar
Semula penghitungan hari Orang Romawi ini terbagi dalam 10 bulan saja (kecuali Januari dan Februari). Persis dengan pemberian nama hari, pemberian nama bulan pada tarikh yang kemudian menjadi penghitungan hari Masehi ini ada kaitannya dengan dewa bangsa Romawi. Misalnya, bulan Martius mengambil nama Dewa Mars, bulan Maius mengambil nama Dewa Maia dan bulan Junius mengambil nama Dewa Juno.
Nama-nama Quintrilis, Sextrilis, September, October, November & December adalah nama yang diberikan berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quntrilis berarti bulan kelima, Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October bulan kedelapan dan December bulan kesepuluh.
Nama bulan Aprilis diambil dari kata Aperiri, sebutan untuk cuaca yang nyaman di dalam musim semi. Berdasarkan nama-nama tersebut di atas, tampak¸bahwa di zaman dahulu permualaan penanggalan Masehi jatuh pada bulan Maret. Ini erat kaitannya dengan musim dan pengaruhnya kepada tata kehidupan masyarakat di Eropa. Bulan Maret (tepatnya 21 Maret) adalah permulaan musim semi. Awal musim semi disambut dengan perayaan sukacita karena dipandang sebagai mulainya kehidupan baru. Setelah selama 3 bulan mengalami musim dingin yang membosankan. Kedatangan musim semi ini dirayakan sebagai perayaan tahun baru setiap tahun.
penanggalan yang terdiri atas 10 bulan kemudian berkembang menjadi 12 bulan. Berarti ada tambahan 2 bulan, yaitu Januarius dan Februarius. Januarius adalah nama dewa Janus. Dewa ini berwajah dua, menghadap ke muka dan ke belakang, hingga dapat memandang masa lalu dan masa depan. Karenanya Januarius ditetapkan sebagai bulan pertama.
Februarius diambil dari upacara Februa, yaitu upacara semacam bersih kampung atau ruwatan untuk menyambut kedatangan musim semi. Dengan ini Februarius menjadi bulan yang kedua, sebelum musim semi datang pada bulan Maret.
Maka bulan-bulan yang terdahulu letaknya di dalam penanggalan baru menjadi tergeser dua bulan, dan susunannya menjadi : Januarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintrilis, Sextilis, September, October, November dan December.
Nama-nama Quintrilis sampai December menjadi tanpa arti, karena posisi dalam urutan kedudukannya yang baru di dalam tarikh, tidak lagi sesuai dengan arti sebenarnya. Sistem yang dipakai waktu itu belum merupakan sistem matahari murni, masih banyak kesalahan atau ketidak-cocokan yang kian jauh melesetnya.
Pada saat Julius Caesar berkuasa, kemelesetan mencapai 3 bulan dari patokan seharusnya. Dalam kunjungan ke Mesir tahun 47 SM, Julius Caesar sempat menerima anjuran dari para ahli perbintangan Mesir untuk memperpanjang tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan Februari dan menambah 67 hari antara bulan November dan December.
Rupanya ini merupakan tahun pertama dalam sejarah, namun adanya kekacauan selama 90 hari itu, perjalanan tahun kembali cocok dengan musim. Sekembali ke Roma Julis Caesar mengeluarkan maklumat penting dan berpengaruh luas hinga kini yakni penggunaan sistem matahari dalam sistem penanggalan seperti yang dipelajarinya dari Mesir.
  • Keputusan Julius Caesar
Pertama, setahun berumur 365 hari. Karena bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari. Sebenarnya terdapat kelebihan 0,25×24jam = 6 jam setiap tahun.
Kedua setiap 4 tahun sekali, umur tahun tidak 365 hari, tapi 366 hari, disebut tahun kabisat. Tahun kabisat ini sebagai penampungan kelebihan 6 jam setiap tahun yang dalam 4 tahun menjadi 4×6=24 jam atau 1 hari.
Penampungan sehari tiap tahun kabisat ini dimasukkan dalam bulan Februari, yang pada tahun biasa berumur 29 hari, pd thn kabisat menjadi 30 hari.
Untuk menghargai jasa Julius Caesar dalam melakukan penyempurnaan penanggalan itu, maka penanggalan tersebut disebut penanggalan Julian. Dengan menganti nama bulan ke-5 yang semula Quintilis menjadi Julio, yang kita kenal sebagai bulan Juli.
Demi mengabdikan namanya, Kaisar Augustus, yang memerintah setelah Julius Caesar, merubah nama keenam Sextilis menjadi Augustus. Perubahan itu diikuti dengan menambah umur bulan Augustus menjadi 31 hari, karena seblumnya bulan Sextilis umurnya 30 hari saja, penambahan satu hari itu diambilkan dari bulan Februari, karena itulah bulan Februari umurnya hanya 29 hr atau 28 hari pd tahun kabisat.
Waktu berjalan terus dan penanggalan Julian yang sudah tampak sempurna itu, lama-lama memperlihatkan kemelesetan juga. Apabila pada zaman Julis Caesar jatuhnya musim semi mundur hampir 3 bulan, kini musim semi justru dirasakan maju beberapa hari dari patokan.
Akhirnya kemelesetan itu dapat diketahui sebabnya. Kala revolusi bumi yang semula dianggap 365.25 hari, ternyata tepatnya 365 hari, 5 jam, 56 menit kurang beberapa detik. Jadi ada kelebihan menghitung 4 menit setiap tahun yang makin lama makin banyak jumlanya.
Meluruskan kemelesetan itu, Paus Gregious XIII pimpinan Gereja Katolik di Roma pada tahun 1582 mengoreksi dan mengeluarkan sebuah keputusan bulat :
Pertama, Angka tahun pada abad pergantian, yakni angka tahun yang diakhiri 2 nol, yang tidak habis dibagi 400, misal 1700, 1800 dsb, bukan lagi sebagai tahun kabisa (catatan: jadi tahun 2000 yang habis dibagi 400 adalah tahun kabisat)
Kedua untuk mengatasi keadaan darurat pada tahun 1582 itu diadakan pengurangan sebanyak 10 hari jatuh pada bulan October, pada bulan Oktober 1582 itu, setelah tanggal 4 Oktober langsung ke tanggal 14 Oktober pada tahun 1582 itu.
Ketiga sebagai pembaharu terakhir Paus Regious XIII menetapkan 1 Januari sebagai tahun baru lagi. Berarti pada perhitungan rahib Katolik, Dionisius Exoguus tergusur. Tahun baru bukan lagi 25 Maret seiring dengan pengertian Nabi Isa. as (Yesus) lahir pada tanggal 25, dan permulaan musim semi pada bulan Maret.
Dengan keputusan tersebut di atas, khususnya yang menyangkut tahun kabisat, koreksi hanya akan terjadi setiap 3323 tahun, karena dalam jangka tahun 3323 tahun itu kekurangan beberapa detik tiap tahun akan terkumpul menjadi satu hari bila tidak ada koreksi tiap 3323 tahun. Jatuhnya musim semi maju satu hari dari patokan, dalam perkembangannya, tarikh Masehi dapat diterima oleh seluruh dunia untuk perhitungan dan pendokumentasian secara internasional.
Ternyata, penanggalan tahun Masehi yang dipakai secara internasional sekarang ini bukan perhitungan tahun Masehi secara murni. Tapi perhitungan berdasarkan Astrologi Mesopotamia yang dikembangkan oleh astronom-astronom para penyembah dewa-dewa. Maka nama-nama bulan pun memakai nama dewa dan tokoh-tokoh pencetus penanggalan kalender Masehi.
Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu
Seperti kita ketahui, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.
Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara lain, termasuk Indonesia? Sama saja!
Hindari globalisasi yang merugikan!!!
Rasul dengan tegas melarang umatnya untuk meniru-niru budaya atau tradisi agama atau kepercayaan lain. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai (bertasyabuh) suatu kaum, maka ia termasuk salah seorang dari mereka.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani)
Sobat, semoga dalil di atas cukup mampu mengerem keinginan untuk berpartisipasi dalam perayaan tahun baru atau hari-hari besar umat lain. Kecuali kalo kita mau digolongkan ke dalam penganut agama selain Islam. Boleh-boleh saja mengucapkan selamt taon baru kepada sanak saudara, teman, kerabat dsb. Akan tetapi perlu diingat perayaan-perayaan tahun baru yang penuh dengan Euforia merupakan hal yang isrof (berlebihan) dan Allah tidak suka keapada org-org yang berlebihan (musrifin) “innaallaha laa yuhibbul musrifiin”
Pertama , kita nggak perlu malu bin segan untuk menolak ajakan sohib untuk hura-hura bin pesta-pora di malam tahun baru. Di hadapan temen-temen boleh jadi kita dianggap sombong, nggak toleran, atau malah dikira alien alias makhluk asing karena ‘beda'. Tapi di hadapan Allah, kita bisa termasuk golongan para penghuni surga. Amiin.
Kedua , kita nggak ngikut tahun baruan bukan berarti kita nggak peduli dengan pergantian tahun lho. Tetep kita nyadar kalo pergantian tahun merupakan bagian dari perubahan waktu. Saking sadarnya, kita mencoba mensikapi sang waktu seperti yang dicontohkan tauladan kita, Nabi saw. Bukan dengan euforia bergelimang maksiat, tapi sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita.

Related Post



0 komentar: