Perkembangan di bidang pendidikan
menuntut adanya peningkatan kualitas pendidikan untuk menjadikan peserta didik
menjadi manusia yang handal. Cara berpikir tersebut dapat dikembangkan melalui
matematika yang dapat digunakan pada setiap keadaan dan bersifat objektif serta
disiplin dalam memandang suatu masalah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran matematika, namun indikator ke arah tersebut
belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Menurut Widyawati (2005:1)
rendahnya nilai matematika tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti
kemampuan siswa yang rendah atau mungkin karena metode pembelajaran yang tidak
sesuai atau penyebab lain.
Selama ini pembelajaran di sekolah
cenderung berfokus pada aktivitas guru sebagai pengajar dan materi yang
diajarkan kurang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran
tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dan memunculkan rasa kebosanan dalam
diri siswa terhadap pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang
menuntut siswa untuk aktif adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam
pembelajaran tersebut ada lima tahapan yang dilaksanakan, yaitu presentasi
kelas, pembentukan kelompok, tes/kuis, pemberian skor perkembangan, dan
penghargaan kelompok.
Pembelajaran matematika pada materi
aljabar tentang persamaan garis lurus dianggap sebagai salah satu materi yang
sulit dipahami oleh siswa kelas VIII, khususnya kelas VIII A. Siswa kurang
memahami cara menentukan gradien garis jika diketahui persamaan garisnya.
Dalam pembelajaran matematika,
sistem penilaian yang digunakan selama ini didominasi oleh satu metode
pengujian yang hanya mengukur ingatan siswa terhadap informasi faktual dan
prosedur algoritmis. Cara penilaian seperti ini membuat siswa lebih
mementingkan hasil tes yang baik, daripada usaha untuk memahami konsep,
sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan cara curang agar memperoleh hasil
tes yang baik.
Menurut
Muslimin (dalan Widyantini, 2008:4) pembelajaran kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana adalah pembelajaran kooperatif model STAD merupakan. Menurut
Sunardi (2006:11) dalam pembelajaran kooperatif model STAD siswa belajar dalam
kelompok, guru menyajikan informasi baru kepada siswa dengan menggunakan
presentasi verbal. Anggota tim siswa menggunakan LKS atau perangkat lain untuk
menuntaskan materi pelajaran kemudian saling membantu untuk memahami bahan
pelajaran melalui tutorial atau melakukan diskusi. Pembelajaran tersebut dapat
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan melatih
kemampuan siswa dalam bekerjasama untuk menyelesaikan tugas dan menguasai konsep serta materi pelajaran.
Salah satu kriteria yang digunakan
untuk menentukan hasil belajar adalah hasil kerja siswa dalam mengerjakan LKS
yang dinilai dengan rubrik penilaian unjuk kerja. Menurut Sahlan (2007:85)
penilaian unjuk kerja merupakan teknik penilaian berdasarkan hasil pengamatan
terhadap aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian unjuk kerja
dalam matematika adalah penilaian yang dapat mengungkapkan kemampuan siswa
dalam pemahaman konsep, pemecahan masalah, dan komunikasi. Tidak seperti tes
konvensional yang terfokus pada fakta dan hanya mempunyai jawaban tunggal,
penilaian unjuk kerja dirancang untuk menguji kemampuan siswa dalam menggunakan
keterampilan pengetahuannya pada berbagai situasi dan keadaan dunia nyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
1.
Perencanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar
kelompok siswa, LKS 1 dan 2
beserta jawaban serta rubrik skoring, menyusun soal tes awal, kuis 1, kuis 2, tes akhir serta jawaban, dan menyusun pedoman wawancara dan observasi.
2.
Tindakan
Pembelajaran
diawali dengan penjelasan guru tentang metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan, yaitu pembelajaran kooperatif model STAD dengan penilaian unjuk
kerja. Kemudian guru (peneliti) menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah guru
menjelaskan, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
sesuai dengan daftar kelompok yang dibuat. Guru membagikan LKS 1 pada setiap
kelompok dan menginformasikan untuk mengerjakan tugas dengan kerjasama antar
anggota kelompok. Siswa diminta mengerjakannya secara individu dengan diskusi
kelompok. Setelah menyelesaikan LKS 1, siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Hasil pekerjaan siswa dinilai dengan pedoman penskoran penilaian
unjuk kerja yang telah dibuat. Kuis 1 dilaksanakan setelah siswa selesai
melakukan presentasi. Perhitungan skor perkembangan dan penghargaan kelompok
dilaksanakan pada pembelajaran 2.
Pada pembelajaran 2, kegiatan yang dilaksanakan serupa dengan
pembelajaran 1 tetapi materi yang disampaikan berbeda yaitu sifat-sifat
persamaan garis lurus yamg saling berpotongan dan salng tegak lurus. Setelah
diadakan kuis 2, dilakukan perhitungan skor perkembangan berdasarkan skor awal
dan kuis 1. Guru membimbing siswa untuk menghitung skor perkembangan
masing-masing, kemudian mereka menggabungkan skor tersebut ke dalam skor
kelompok. Kemudian anggota kelompok bersama-sama menghitung rata-rata skor
perkembangan yang digunakan untuk menentukan predikat kelompok. Setelah
dilakukan perhitungan, maka diperoleh hasil tim yang meraih predikat “Sangat
Baik” adalah kelompok IV dan VII. Untuk predikat “Baik” diraih oleh
kelompok I, II, III, dan V. Sedangkan untuk predikat “Cukup” diraih oleh
kelompok VI dan VIII.
3.
Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Hal yang diobservasi meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan aktivitas
kelompok. Pada kegiatan ini peneliti dibantu oleh empat observer. Masing-masing
observer mengamati aktivitas siswa sebanyak dua kelompok. Sedangkan observasi
pada guru (peneliti) pada pembelajaran ini dilakukan oleh guru bidang studi
matematika.
4.
Refleksi
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil tes,
hasil observasi aktivitas guru, siswa, kelompok, dan hasil wawancara selama
pembelajaran kooperatif model STAD dengan penilaian unjuk kerja.
Pada pembelajaran 1, aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan kelompok,
ketepatan dalam mengerjakan LKS, penghargaan kelompok, dan pemberian skor
perkembangan dapat dikategorikan baik. Untuk aktivitas dalam mempresentasikan
hasil diskusi, kerjasama dalam kelompok, dan mengerjakan tugas dapat
dikategorikan cukup baik. Untuk aktivitas dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
guru atau teman dikategorikan kurang baik. Pada pembelajaran kedua, semua
aktivitas dapat dikategorikan baik, kecuali aktivitas dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan guru atau teman dikategorikan cukup baik dan semua
aktivitas telah mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan
kedua.
Berdasarkan analisis terhadap hasil tes akhir 1 dapat dikatakan bahwa
hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif model STAD dengan penilaian
unjuk kerja ini belum tuntas secara klasikal. Hal ini dapat dilihat dari
persentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 52,78% dan ini
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar keseluruhan siswa belum mencapai 75% dari
jumlah siswa dalam kelas tersebut.
Hasil nilai akhir siswa pada siklus pertama sebesar 74,75 dan persentase
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 52,78%, sehingga dapat dikatakan
belum tuntas. Oleh karena itu diperlukan perbaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan selanjutnya yang akan dilaksanakan pada siklus kedua. Setelah pelaksanaan
siklus kedua, diharapkan nilai akhir siswa lebih baik daripada siklus pertama.
Siklus II
1.
Perencanaan
Berdasarkan hasil pada Siklus I, maka pada perencanaan ada beberapa
perubahan, yakni mengenai alokasi waktu untuk membimbing siswa dalam kelompoknya
(saat kerja kelompok) Alokasi waktu ini ditambahkan agar siswa menjadi lebih
aktif baik saat kerja kelompok dan juga
mengalami peningkatan hasil belajar.
2.
Tindakan
Pembelajaran ini hampir sama dengan pembelajaran sebelumnya, hanya saja
materi yang disampaikan berbeda yaitu menggunakan konsep persamaan garis lurus
untuk memecahkan masalah. Kegiatan ini diawali dengan guru menjelaskan tentang
penerapan dan manfaat mempelajari persamaan garis lurus dalam kehidupan
sehari-hari. Pada pembelajaran ini materi yang diajarkan adalah fungsi
permintaan dan penawaran barang. Kemudian guru meminta siswa kembali pada
kelompok masing-masing seperti pada pertemuan sebelumnya, kemudian membagikan
LKS kepada siswa. Setelah waktu untuk
diskusi selesai, setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil LKS di depan
kelas. Kuis 3 dilaksanakan setelah siswa selesai melakukan presentasi.
Selanjutnya dilakukan perhitungan skor perkembangan berdasarkan skor kuis 1 dan
kuis 2 yang mereka peroleh. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil
bahwa kelompok yang meraih predikat “Sempurna” adalah kelompok VIII.
Untuk predikat “Sangat Baik” adalah kelompok V dan VII. Untuk predikat “Baik”
diraih oleh kelompok I, II, III, IV, dan VI. Untuk perhitungan skor
perkembangan 3, dilakukan pada tertemuan selanjutnya sebelum pelaksanaan tes
akhir 2. Berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada kuis 2 dan kuis 3 diperoleh
bahwa kelompok yang meraih predikat “Sempurna” adalah kelompok VIII.
Untuk predikat “Sangat Baik” adalah kelompok V dan VII. Untuk predikat “Baik”
diraih oleh kelompok I, II, III, IV, dan VI.
3.
Observasi
Pembelajaran pada siklus II secara keseluruhan berjalan dengan baik dan
siswa terlihat lebih aktif mengikuti model pembelajaran yang diterapkan.
Aktivitas siswa dalam bertanya/menjawab pertanyaan guru atau teman terlihat
belum mencapai ketuntasan, namun aktivitas tersebut sudah meningkat dari
rata-rata skor pada siklus I diperoleh hasil 69,91 dan pada siklus II diperoel
hasil 72,22. Untuk aktivitas yang lainnya sudah mencapai ketuntasan dan
meningkat juga dari siklus I.
Pada siklus II, rata-rata aktivitas kelompok sudah mengalami kenaikan,
tetapi ada dua kelompok yang skor aktivitasnya menurun yaitu kelompok II dan
VII. Hal ini disebabkan karena ada anggota kelompok yang pasif, terutama saat
mempresentasikan hasil diskusi.
4.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi,
proses pembelajaran secara keseluruhan berjalan lancar dan siswa terlihat lebih
antusias. Hal ini dapt dilihat melalui aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Rata-rata aktivitas dalam berinteraksi dengan kelompok, aktivitas saat
penghargaan kelompok, dan mengerjakan tugas dapat dikategorikan sangat baik.
Untuk aktivitas ketepatan dalam mengerjakan LKS, kerjasama dalam kelompok, dan
pemberian skor perkembangan dapat dikategorikan baik. Untuk aktivitas dalam
mempresentasikan hasil diskusi dan bertanya/menjawab pertanyaan guru atau teman
dikategorikan cukup baik.
Berdasarkan analisis terhadap hasil tes akhir 2 diperoleh persentase
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 80,56%. Rata-rata nilai akhir siswa
pada siklus II sebesar 81,3 sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pembelajaran kooperatif model STAD dengan penilaian unjuk kerja dianggap mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan persamaan garis lurus.
1 komentar:
Visit back mas
Posting Komentar