WELCOME TO THIS BLOG!!. PLEASE ENJOY THE MENU HAS BEEN PROVIDED

Senin, 26 September 2011

Model Pembelajaran Quantum Teaching

Quantum Teaching diperkenalkan oleh Georgi Lazanov, pendidik asal Bulgaria. Quantum Teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan pribadi. Dalam program tersebut siswa-siswa mulai dari sembilan hingga dua puluh empat tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, dan membina hubungan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti SuperCamp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. Quantum Teaching diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning, Multiple Intelligenses, Neuro Linguistic Programming, Experiential Learning, Socratic Inquiry, Cooperative Learning dan Elements of Effective Instruction, Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi. Quantum Teaching menawarkan cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran melalui perkembangan hubungan, pengubahan belajar dan penyampaian kurikulum. Kata Quantum sendiri dapat dipahami sebagai “interaksi yang mengubah energi menjadi pancaran cahaya”. Dalam konteks belajar Quantum dapat dimaknai sebagai interaksi yang terjadi dalam proses belajar yang dapat mengubah berbagai potensi yang ada dalam diri siswa menjadi cahaya (hal-hal baru). DePorter mengartikan Quantum adalah: Pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Quantum Teaching terfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Quantum Teaching menawarkan cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha guru melalui perkembangan hubungan, perubahan belajar dan penyampaian kurikulum. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar aktif yang ada pada siswa dan lingkungannya, sehingga dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi ini mengubah berbagai potensi (kemampuan) dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Menyusun bahan pelajaran yang sesuai kebutuhan siswa. Upaya ini merupakan salah satu cara efektif penyajian pembelajaran serta dapat meningkatkan keterlibatan aktif siswa. 1. Peranan dan Azas Utama Quantum Teaching. DePorter mengemukakan bahwa guru sangat berpengaruh dalam menentukan kesuksesan siswa. Guru adalah faktor penting dalam lingkungan belajar dan kehidupan siswa. Jadi, peran guru bukan hanya sekadar pemberi ilmu pengetahuan tapi guru adalah rekan belajar, pembimbing, fasilitator yang mampu mengubah kesuksesan siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa yang maksimal. Azas utama Quantum Teaching adalah “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Motto ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama. Seorang guru dituntut untuk mengenali dunia siswa, dimulai dari peristiwa, pikiran, dan perasaan yang diperoleh dari kehidupan nyata siswa tentang hubungan sosial, seni, rekreasi, atau pengetahuan mereka. Seorang guru harus mampu menjembatani jurang yang ada antara dunia guru dan dunia siswa. Hal ini akan memudahkan guru dalam membangun jalinan karena guru telah diberi izin untuk memasuki dunia siswa, yaitu dengan cara mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan dan lingkungan siswa sehari-hari. Setelah kaitan itu terbentuk, maka guru dengan leluasa dapat membawa siswa ke dalam dunianya dengan memberi pemahaman tentang isi materi yang ia alami. Di sinilah kosa kata baru, rumus, penyelesaian, dan lain-lain diberikan secara tuntas. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan yang lebih mendalam, maka siswa dapat merasakan apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi yang baru. Pada kesempatan ini bukan hanya siswa yang mendapat pengetahuan baru, tetapi pengetahuan guru juga akan meluas dengan mendapatkan masukan-masukan dari siswanya. 2. Prinsip-prinsip Quantum Teaching Quantum Teaching memiliki lima prinsip perancangan pengajaran yang efektif, yaitu: segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Kelima prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Segalanya berbicara. Yaitu segalanya dari lingkungan kelas hingga gerak-gerik (bahasa tubuh guru), dan ruang kelas, semuanya menyampaikan pesan tentang belajar. Suasana kelas ditata dengan penuh kegembiraan. Cara menjalin simpati dengan siswa, bahasa yang dipilih familiar, semua akan membawa kegembiraan dalam belajar. b. Segalanya bertujuan. Artinya semua yang dipraktekkan, disampaikan guru, serta yang terjadi dalam proses belajar mempunyai tujuan tersendiri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Di kelas, mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang baik, serta mengembangkan ketrampilan yang dimiliki merupakan tujuan yang sama bagi seluruh siswa. c. Pengalaman sebelum pemberian nama. Artinya proses belajar yang paling baik ketika siswa telah mendapatkan dan mengalami informasi sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. d. Akui setiap usaha. Artinya belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan yang mengandung resiko, maka setiap usaha yang ditempuh siswa sudah selayaknya mendapat pengakuan atas kepercayaan diri mereka dari guru. e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Artinya perayaan adalah sarapan para juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif para pelajar. 3. Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching Rancangan adalah penciptaan kegiatan belajar yang terarah dengan memperhatikan unsur-unsur penting yang mampu menumbuhkan minat siswa, mendalami makna dan memperbaiki proses tukar menukar informasi. Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR. Yakni: Tumbuhkan (T), Alami (A), Namai (N), Demonstrasikan (D), Ulangi (U), Rayakan (R). DePorter menyatakan bahwa: Kerangka perancangan Quantum Teaching adalah sebagai berikut : Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK. Alami : Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”. Namai : Berikan “data” tepat saat minat memuncak. Demonstrasikan: Berikan kesempatan bagi mereka untuk menaikkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi Ulangi : Rekatkan gambaran keseluruhan. Rayakan : Ingat, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. perayaan menambatkan belajar siswa dengan asosiasi positif. Dalam proses belajar mengajar kerangka TANDUR dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan “Apa manfaat bagiku?”(AMBAK), yaitu menyadari adanya manfaat memepelajari suatu konsep bagi siswa. Karena dengan menyertakan mereka dalam dapat memanfaatkan pengalaman mereka. Untuk itu, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaatnya bagi siswa. b. Alami: Guru menggaitkan pelajaran dengan pengalaman pribadi siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Karena dengan memanfaatkan apa yang dialami siswa akan memudahkan proses belajar. c. Namai: setelah siswa mengalami proses belajar sampai siswa menemukan dan menyelesaikan suatu permasalahan maka siswa dan dibantu guru bersama-sama menamai temuan tersebut apakah konsep, simbol, definisi, rumus, dalil atau teori baru. d. Demonstrasikan: guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah-masalah baru yang mirip dengan masalah yang telah dialaminya. e. Ulangi: melalui tanya jawab atau dengan menyelesaikan satu permasalahan baru, guru mengiring siswa untuk dapat mengulangi materi yang telah dibahas. Kegiatan ini bisa menjadi umpan balik bagi guru untuk mengetahui kemajuan siswa. f. Rayakan: setiap hasil yang telah dikerjakan siswa menuntun adanya pengakuan dan penghargaan baik berupa pujian atau hadiah bagi siswa yang berprestasi dan memberikan semangat bagi siswa yang kurang aktif. Ini merupakan suatu motivasi bagi siswa untuk mencobanya berulang-ulang. 4. Model pembelajaran Quantum Teaching Model Quantum Teaching hampir sama dengan pementasan sebuah simfoni, dalam pementasan simfoni banyak unsur-unsur dibutuhkan yang menjadi faktor pengalaman bermusik. Quantum Teaching membagi unsur tersebut dalam dua kategori yaitu konteks dan isi. Konteks adalah latar untuk pengalaman, yang merupakan keakraban ruang itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musiknya (suasana), keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama (landasan) dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini terpadu dan menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh. Maka untuk mencapai kesuksesan siswa unsur suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas yang mendukung aktivitas pembelajaran harus tersusun rapi dan terpadu. Unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Suasana yang memberdayakan Menurut Welberg dan Greenberg menyatakan: bahwa penelitian menunjukkan lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Sehingga suasana dan keadaan ruangan menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi emosi, oleh karena itu hal pertama yang harus dilakukan adalah menata ruang kelas, mengatur bangku sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan selanjutnya menentukan kebijakan kelas. Cara merancang pembelajaran hendaknya dipikirkan sedemikian rupa agar segala sesuatu bermakna untuk pengalaman belajar. b. Landasan yang kukuh Landasan adalah kerangka kerja yang memuat tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan aturan bersama yang memberi pedoman bagi guru ataupun siswa untuk bekerja dalam komunitas belajar. Di kelas tujuan yang sama bagi seluruh siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran. c. Lingkungan yang mendukung. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Cara guru menata ruang kelas, pengaturan bangku, warna dan semua hal yang mendukung proses belajar akan meningkatkan produktifitas belajar siswa. d. Rancangan belajar yang dinamis Perancangan pengajaran dapat menjembatani jurang antara guru dan siswa dengan cepat dan alami. Hal ini akan membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan. Jika kegiatan pembelajaran diidentifikasi sebagai pementasan simfoni, maka bagian isi diumpamakan sebagai lembaran musik itu sendiri. Dalam kegiatan mengajar belajar bagian isi sama pentingnya dengan bagian konteks. Pada seksi ini, unsur-unsur yang mempengaruhi ketrampilan penyampaian untuk kurikulum, strategi dan kegiatan pembelajaran siswa meliputi penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup. Unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Penyajian yang prima Teknik penyampaian harus jelas dan menarik, untuk memastikan bahwa bahan pelajaran yang diberikan memiliki efek bagi siswa. Sesuai dengan salah satu prinsip Quantum Teaching segalanya berbicara, jadi penyajian yang baik didukung oleh startegi komunikasi dan teknik penyampaian. b. Fasilitas yang luwes Cara guru memfasilitasi interaksi antara siswa dan kurikulum dengan benar dapat menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. c. Ketrampilan belajar untuk belajar Masing-masing siswa mempunyai cara belajar sendiri. Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing, siswa dengan mudah dapat mencerna bahan pelajaran dengan cara yang terbaik bagi mereka. d. Ketrampilan hidup Ketrampilan hidup akan membantu membentuk suasana dan landasan yang kokoh. Ketrampilan hidup memberdayakan setiap orang untuk membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Ketrampilan hidup mampu mengantarkan siswa pada kehidupan nyata, berfikir cepat dan dapat bekerja sama dengan baik. Oleh sebab itu, hendaknya suatu pembelajaran dapat membekali siswa dengan sesuatu yang bermanfaat sehingga dapat dipraktekan dalam kehidupan mereka

Related Post



0 komentar: