Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
atau sains yang menerangkan berbagai gejala dan kejadian alam, yang memungkinkan
penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara
matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum. Fisika tidak hanya berisi
tentang teori-teori atau rumus-rumus untuk dihafal, akan tetapi dalam fisika
berisi banyak konsep yang harus dipahami secara mendalam (Druxes, 1986:3).
Dengan demikian, siswa dituntut untuk dapat membangun pengetahuan dalam benak
mereka sendiri dengan peran aktifnya dalam proses belajar mengajar.
Hasil-hasil evaluasi belajar menunjukkan prestasi hasil
belajar fisika masih rendah, hal ini ditunjukkan oleh masih banyaknya siswa
yang mengalami kesalahan konsep tentang konsep fisika, baik pada siswa yang
sedang belajar fisika maupun mereka yang telah menamatkan studinya di SMP
maupun SMA. Penyebab lain hal tersebut di atas adalah model pembelajaran yang
digunakan guru kurang sesuai dan lingkungan pembelajaran yang kurang
konstruktivis yaitu siswa tidak didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru
dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya serta kurangnya
partisipasi siswa untuk aktif secara langsung dalam pembelajaran (Mundilarto, 2008). Sehingga diharapkan kelemahan-kelemahan
tersebut di atas diharapkan dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran
generatif.
Model generatif dapat menciptakan iklim
pembelajaran yang konstruktivistis, siswa mendapat kebebasan dalam mengajukan
ide-ide dan masalah-masalah serta mendiskusikan perihal konsep yang terkait
dengan pembelajaran tanpa dibebani rasa takut, serta barargumen menuju pada
penguasaan konsep yang ilmiah. Dalam model pembelajaran generatif ini
guru tidak lagi berperan sebagai sumber utama pembelajaran, karena pembelajaran
dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka sumber belajar. Pembelajaran dengan
model generatif ini dapat: (1) meningkatkan aktifitas siswa, khususnya
aktifitas bertanya atau mengajukan masalah, (2) meningkatkan kemampuan siswa
dalam berargumentasi secara sederhana, (3) meningkatkan hasil belajar siswa,
dan (4) memberikan tanggapan positif dari guru maupun siswa yang terlibat
langsung dalam pembelajaran (Sumadi, 2001:3). Dengan model pembelajaran generatif
ini siswa dituntut untuk mengungkapkan konsep awal yang mereka miliki
kemudian mengujinya dengan konsep baru yang mereka terima dan mendiskusikan
tentang kebenaran jawabannya dalam pemecahan masalah.
Pendekatan proses belajar
mengajar lebih diorientasikan pada pendekatan keterampilan proses. Pendekatan
keterampilan proses merupakan suatu sistem pengajaran yang lebih banyak
mengikutsertakan dan melibatkan siswa untuk bertindak lebih aktif serta memberi
kesempatan yang lebih luas dalam pengembangan intelektual, keterampilan, minat,
dan sikap ilmiahnya (Semiawan, dkk, 1992). Dengan demikian, pembelajaran IPA
akan lebih menonjolkan aspek kegiatan laboratorium, yang dapat berbentuk
kegiatan demonstrasi atau eksperimen. Carin dan Sund (dalam Mardana, 2000:150)
mengemukakan bahwa laboratorium memiliki peranan yang cukup penting dalam
pembelajaran IPA. Tuntunan kegiatan laboratorium dijabarkan dalam bentuk Lembar
Kerja Siswa (LKS).
Kegiatan laboratorium akan
membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap fenomena alam serta menantangnya
untuk berpikir kritis dalam mencari alternatif pemecahan terhadap suatu
masalah, melatih ketekunan siswa lewat pengamatan, pengumpulan data, analisis
data, serta mengembangkan daya temu siswa dalam membangkitkan ide-ide
gagasan-gagasan pemikiran di dalam menginterprestasikan masalah-masalah,
sehingga siswa tertantang untuk mengembangkan suatu bentuk eksperimen baru.
Keberhasilan dalam kegiatan laboratorium akan memberikan perasaan senang secara
intrinsik, yang pada akhirnya akan meningkatkan minat belajar siswa (Gega,
1997:78). Peningkatan minat belajar dan sikap ilmiah akan bermuara pada
peningkatan prestasi belajar dan kebermaknaan hasil belajar siswa.
0 komentar:
Posting Komentar