Menurut seorang intelekual
bernama canfield, untuk mengenal potensi diri, tanyakan kepada diri, “aktivitas
apa yang mudah dan cemerlang aku lakukan, yang bagi orang lain mungkin suit dan
hasilnya tidak secermelang jika aku yang melakukannya ? apa yang bias aku
kerjakan seolah-olah tanpa upaya, tanpa banyak belajar, tanpa persiapan?”
sehingga seorang guru yang bijak harus memiliki kualitas komunikasi yang
baiksehingga antara dia dengan murid tidak terdapat jarak yang membuat mereka
tidak bertemu, atau menjadi asing satu sama lain. Komunikasi ini membuat
keberlangsungan proses belajar mengajar menjadi lancer dan sngat dinamis, dan
tentu saja transformasi nilai bias berlnagsung secara otima.
Ketika komunikasi seorang guru dengan siswa bias berjalan dengan baik,
maka ketika seorang guru berusaha mengajak anak-anak didiknya untuk mengetahui
apa potensi dan bakatnya dengan menggunakan pertanyaan sebagaimana yang
dianjurkan oleh canfield di atas. Anak-anak akan menjawab pertnyaan tersebut
dengan saksama, bijak, dan tidak tergesa-gesa.
Setelah seorang guru mendapatkan jawaban dari prtanyaan demikian, dari
sini dia bias melakukan pengkemahan atas jawaban-jawaban tersebut. Peru
digarisbawahi bahwa seorang guru harus memastikan bahwa jawaban-jawaban mereka
adah benar, tidak mngada-ada, dan jujur. Untuk mengetahui apakah jawaban
terseut sungguh-sungguh, dalam permulaan pengajuan pertanyaan, seorang guru
hendaknya mengajak anak-anak didik ke dalam dirinya sendiri, juga menjeaskan dan
mendasar mengetahui apa bakat, apa potensi, atau apa yang membuat senang selama
ini. Karena itulah bakat akan mudah dioptimalakan di masa yang akan dating,
sekaligus menjadi jaminan kehidupan yang lebih baik di hari esok.
Penandasan seperti ini akan membuat para siswa terbawa ke wilayah “fun”,
sehingga jawaban yang diberikan pun bisa dikategorikan dengan jawaban
sungguh-sungguh dan serius. Langkah selanjutnya tentu saja seorang guru memiki
kewajiban untuk memperhatikan bagaimana anak-anak didiknya, dengan berbekal
jawaban yang diberikan, akan meniti kehidupan selanjutnya.
Proses pengawasan ini bisa juga meibtkan orang tua atau wali murid yang
ad di rumah. Selain akan bias memantau perkembangan para siswa, kerjasama
dengan wali murid tentu saja membuat sinergi yang begitu anggun nan dahsyat
antar pihak guru, murid, orang tuanya, dan juga masyarakat.
Sikap guru yang
menghargai bahwa anak-anak didik merupakan pribadi yang juga bias gelisah
memikirkan jati dirinya akan membaut par wai murid nyaman dengan proses pembelajan
yang sedang berlangsung. Seain itu, penghargaan tersebut membuat sang guru
disenangi para murid, yang ini sangat berimplikasi positif bagi perkembangan
anak-anak didik, juga terhadap transformasi nilai itu sendiri.
2 komentar:
jati diri saia sebenarnya gajah #eh
hhahaa....
Posting Komentar