WELCOME TO THIS BLOG!!. PLEASE ENJOY THE MENU HAS BEEN PROVIDED

Jumat, 10 Agustus 2012

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Media Pembelajaran Berbasis Aneka Sumber


Pengajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Menurut kurikulum 2006, pembelajaran Matematika bertujuan antara lain agar siswa memiliki kemampuan pada pola penalaran dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan metematika. Pelajaran matematika pada dasarnya adalah abstrak, sehingga diperlukan metode atau strategi dalam penyampaian materi matematika yang abstrak tersebut menjadi konkret. Pada umumnya anak SD berumur 6 – 12 tahun. Menurut Piaget pada umur tersebut anak berada pada periode operasi konkret, sebab berpikir logiknya didasarkan pada manipulasi fisik obyek – obyek konkret. Anak yang masih berada pada periode ini untuk berfikir abstrak masih butuh bantuan memanipulasi obyek – obyek konkret atau pengalaman – pengalaman yang langsung dialaminya.
            Menurut Bruner ( dalam Hawa, 2008:5) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat memahami konsep dan struktur yang tercakup dalam materi pembelajaran. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Sehingga peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi infornasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
            Bruner mengemukakan bahwa agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak, materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif / pengetahuan anak. Dengan demikian pengetahuan dapat diinternalisasi dalam pikiran anak. Proses internalisasi akan terjadi secara optimal  jika pengetahuan yang dipelajari itu dilaksanakan dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim dkk (dalam Hobri,2009:50) belajar kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dari pada dengan belajar kompetitif dan individualistik, selain itu dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antara siswa, serta mengembangkan kemampuan akademis siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam satu kelompok untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model ini dirancang untuk memotivasi siswa dalam mempelajari materi pelajaran sebaik mungkin dan bekerja keras di dalam kelompok ahli sehingga dapat membantu temannya di kelompok asal. Metode ini memberi tanggung jawab kepada peserta didik untuk belajar dan memberikan penjelasan kepada peserta didik lainnya.
Jigsaw merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang fleksibel (Lie, 1994:198). Sejumlah riset telah banyak dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh prestasi yang lebih baik dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samiyati (2010) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas siswa secara kelompok sebesar 10,1% dan peningkatan aktivitas siswa secara individu sebesar 12,8%. Selain itu, terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 29,9%.
Guru harus mengembangkan metode dan media yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Khususnya dalam matematika, berhitung merupakan pokok bahasan yang tidak disukai siswa. Seringkali siswa tidak bisa menyelesaikan soal perkalian. Oleh karena itu guru hendaknya memberikan sumber belajar yang menarik bagi siswa. Salah satu sumber belajar adalah  media pembelajaran. Dengan media pembelajaran yang bervariatif diharapkan akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal perkalian.

Related Post



0 komentar: