Penilaian diri merupakan suatu metode
penilaian yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil tanggung jawab
terhadap belajar mereka sendiri. Mereka diberi kesempatan untuk menilai
pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan pengalaman yang mereka rasakan.
Reys, Suydam, linguist, & Smith
(1998) mengatakan bahwa siswa merupakan penilai yang baik (the best assessor)
terhadap perasaan dan pekerjaan mereka sendiri. Oleh karena itu, guru dapat
memulai proses penilaian diri dengan kesempatan siswa untuk melakukan validasi
pemikiran mereka sendiri atau jawaban-jawaban hasil pekerjaan mereka.
Siswa perlu memeriksa pekerjaan mereka
dan memikirkan tentang apa yang terbaik untuk dilakukan dan area mana
mereka perlu dibantu. Untuk memnuntun siswa dalam memahami proses penilaian
diri, guru perlu melengkapi mereka dengan lembaran self-assessment.
Penilaian diri dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan
tanggung jawab pada diri siswa karena penilai yang tahu persis tentang diri
siswa adalah siswa sendiri dan siswa menjadi penilai yang terbaik atas hasil
pekerjaannya sendiri.
Selama ini penilaian keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran pada umumnya dilakukan oleh guru, sedangkan siswa menjadi obyek
penilaian. Sehingga informasi yang diperoleh belum menunjukkan gambaran yang
sesungguhnya tentang siswa. Sebagai contoh, seorang guru memberi nilai rendah
pada siswanya yang suka mengganggu temannya pada saat guru mengajar. Disini
guru memberikan keputusan bukan berdasarkan kemampuan siswa itu sendiri, tetapi
hanya berdasarkan perilaku siswa yang dilihat guru secara kasat mata saja,
padahal guru belum mengetahui secara jelas apa atau mengapa siswa tersebut
menggangu temannya.
David Boud (1995), menulis tentang penilaian diri pada
pendidikan tinggi yang membuat banyak batas yang relevan untuk sekolah, guru
dan murid. Dia mulai dengan mengindikasikan sifat alami radikal yang sungguh
potensial tentang isu penilaian diri. “Penilaian diri, biasanya dilukiskan
sebagai teknik untuk meningkatkan pembelajaran, yang lebih transformatif, sukar
dipahami dan bertolak belakang dengan pengajaran konvensional dibanding dengan
biasanya yang lebih mudah untuk dikenali”.
Penilaian diri sebagai teknik penilaian akan sangat efektif untuk menggali
nilai-nilai spiritual, moral, motif, sikap, bahkan aspek motorik dan kognitif
siswa. Dengan teknik ini peserta didik diajak secara objektif untuk
melihat ke dalam dan keadaan dirinya sendiri, sekali lagi dengan jujur dan
jernih. Dampak positif lain dari efektivitas teknik penilaian diri adalah
peserta didik akan dikondisikan dan dibiasakan untuk selalu jujur. Dan
jika anak selalu menjaga kondisi sikap dirinya hal ini sangat positif bagi upaya pembangunan karakter
anak.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan
dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan,
dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut
untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek
kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya
(aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan
tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil
belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa
pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis
domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik,
yaitu:
a. Ranah proses berfikir (cognitive
domain)
b. Ranah nilai atau sikap (affective
domain)
c. Ranah keterampilan (psychomotor
domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain
atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi
hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:
1)
Apakah
peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah
diberikan pada mereka?
2)
Apakah
peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3)
Apakah
materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret
dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran.
2 komentar:
waaah kalau siswa bisa menilai diri sendiri, guru jadi tidak perlu repot yaaa...
Terimakasih atas knowledge yang sudah Anda tulis. it's very useful for my thesis.
Posting Komentar