Istilah “penilaian” dalam
bahasa Indonesia dapat bersinonim dengan “evaluasi” (evaluation) dan kini juga
popular istilah “asesmen” (assessment). Ada banyak definisi penilaian yang
dirumuskan, namun pada umumnya menunjuk pada pengertian yang hampir sama.
Menurut Linch (1996:2) penilaian adalah usaha yang sistematis untuk
mengumpulkan informasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan. Brown (2004:3)
yang sengaja memilih istilah tes dan mengartikannya sebagai cara pengukuran keterampilan,
pengetahuan, atau penampilan seseorang dalam konteks yang sengaja ditentukan.
Atau, penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP No.19 Th 2005:3).
Pengertian dari penilaian
autentik merupakan penilaian yang berusaha mengukur atau menunjukkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Berikut beberapa pengertian menurut
tokoh-tokoh:
1. Penilaian
autentik mendorong siswa dan merupakan refleksi kegiatan pengajaran yang baik.
2. Sedang
pada pengertian autentik, sebagai bagian dari penilaian performance, autentik
berarti realistis atau berhubungan dengan aplikasi pada kehidupan nyata. (Ott,
1994:6).
3. Mueller
(2008) penilaian autentik merupakan: a
form of assessment in which students are asked to perform realworld tasks that
demonstrate meaningful application of essential knowledge and skills.
4. Menurut Stiggins
(via Mueller, 2008), penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi)
yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi
tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.
Jadi, penilaian autentik
merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan
kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan esensi
pengetahuan dan keterampilan. Penilaian autentik menekankan kemampuan pembelajar
untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang
telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari pengetahuan yang
telah dikuasai.
Tujuan penilaian itu adalah untuk
mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi
di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya,
penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik,
menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan
berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat,
atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran
maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model
ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing
something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan
yang telah dikuasai secara teoretis.
Penilaian autentik lebih
menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi
dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban
seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan
menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis. Dalam
penilaian kemampuan bersastra misalnya, pembelajar mampu menganalisis karakter tokoh
dalam sebuah fiksi, mempertanggungjawabkan kinerjanya tersebut secara argumentatif,
membuat resensi teks kesastraan, dan lain-lain. Berikut ini merupakan prosedur
penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur ketrampilan pemecahan masalah
siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa
memberikan jawaban benar-salah tentang prosedur yang terbaik untuk memecahkan
masalah dalam kelompok.
2. Siswa
menjawab rangkaian tes pilihan ganda tentang langkah-langkah selanjutnya untuk
memecahkan masalah dalam kelompok.
3. Siswa
diminta membuat rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana cara
memecahkan masalah secara kolaborasi, kemudian diminta untuk memberikan jawaban
singkat terhadap pertanyaan itu.
4. Siswa
diberikan masalah baru, kemudian diminta untuk menulis essay yang berhubungan
dengan bagaimana kelompok itu harus bekerja menyelesaikan masalah itu.
5. Siswa
bekerja dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah tidak rutin. Guru
mengamati dan menilai usahanya.
Pada 1, 2 penilaian didasarkan pada penilaian
pilihan dua respon, sedang pada 3, 4, 5 penilaian didasarkan pada konstruksi
siswa. Sehingga nampak penilaian 4 dan 5 lebih menunjukkan performance siswa daripada penilaian untuk nomor-nomor dibawahnya.
0 komentar:
Posting Komentar