Pendidikan
merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia selalu terus-menerus berusaha meningkatkan
kualitas pendidikan, walaupun hasilnya belum memenuhi harapan. Hal itu lebih
terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa menurut
Sunardi (1997:2) adalah metode pembelajaran kurang tepat, alat evaluasi yang
kurang baik, atau materi yang diberikan kurang sesuai dengan tingkat berpikir
siswa.
Setiap mata pelajaran mempunyai
karakteristik tertentu baik ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai,
maupun dari aspek materi yang ingin dipelajari dalam rangka menunjang
tercapainya kompetensi. Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai,
fisika menekankan penguasaan konsep disamping kemampuan memecahkan masalah. Menurut
Sudjana (1990:15) dalam proses pengajaran, intinya adalah kegiatan belajar para
peserta didik. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai latihan dan peningkatan
kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran,
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya serta peningkatan mutu
pendidikan sekolah.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan
seakan tidak pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan
akan dilaksanakan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan,
yaitu memperbaiki pola hubungan sekolah
dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta
pola mengembangkan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi
model-model pembelajaran (Murphy dalam Abdul Majid, 2008:3). Reformasi
pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor kurikulum baik
struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih
bermakna bila diikuti perubahan praktik pembelajaran didalam maupun diluar
kelas. Indikator pembaharuan kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pola
kegiatan pembelajaran, pemilihan media pembelajaran, strategi, model maupun
metode pembelajaran yang sesuai dan pola penilaian akan menentukan hasil
pendidikan.
Menurut Ibrahim (dalam
Hasanah, 2005:1) pembelajaran fisika
tidak harus lagi mengarah kepada pembelajaran yang bersifat instruksional,
yaitu pembelajaran yang hanya dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
biasanya terpusat pada guru. Pembelajaran fisika harus lebih diarahkan kepada
pembelajaran yang bersifat transaksional yaitu pembelajaran yang melibatkan
guru dan siswa secara aktif sehingga pembelajaran tidak hanya terpusat pada
guru tetapi juga berasal dari siswa. Dengan demikian pembelajaran fisika tidak
boleh lagi hanya mengarah pada pemberian konsep semata, tetapi juga harus ada
keterampilan dan sikap atau dengan kata lain pembelajaran fisika tidak berupa
produk fisika melainkan mengarah pada proses fisika. Oleh karena itu dalam
pembelajaran fisika penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik fisika harus secara langsung dapat mengarahkan siswa percobaan
langsung, mengalami sendiri, serta siswa merasa senang dan termotivasi dapat menambah
efektifitas pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diinginkan. Oleh
karena itu, diperlukan adanya strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat (Slameto, 1991) yang
menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang dikembangkan saat ini pada dasarnya
tahap-tahap kegiatan pembelajaran mencakup persiapan, pelaksanaan, evaluasi,
dan tindak lanjut. Strategi pembelajaran meliputi seluruh kegiatan/tahap-tahap
tersebut, tetapi titik beratnya berada pada persiapan.
Gagne (1985) mengemukakan bahwa strategi the events of instruction (peristiwa
pembelajaran) ini mendiskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utamanya
untuk kapabilitas apa pun yang dipelajari. Hal ini terkait dengan teori belajar
pengolahan informasi yang mendeskripsikan bahwa tindakan belajar merupakan
proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Peristiwa pembelajaran ini dibagi
menjadi sembilan tahapan, yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang
berpotensi mendukung proses-proses internal dalam belajar. Hakikat suatu
peristiwa pembelajaran berbeda tergantung pada kapabilitas apa yang diharapkan
akan menjadi hasil pembelajaran. Tahapan pembelajaran The
Events of
Instruction (Peristiwa Pembelajaran) yang
dikembangkan Gagne (1985) meliputi:
1.
menarik perhatian,
2.
memberitahukan tujuan
pembelajaran,
3.
merangsang ingatan pada
prasyarat pembelajaran,
4.
menyajikan bahan perangsang
atau menyampaikan materi,
5.
memberikan bimbingan belajar,
6.
menampilkan unjuk kerja,
7.
memberi balikan,
8.
menilai unjuk kerja, dan
9.
meningkatkan retensi dan alih
belajar.
0 komentar:
Posting Komentar