Banyaknya
model pembelajaran yang berkembang sekarang menuntut guru untuk menguasai
beberapa model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran Gal’Perin
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Namun
tidak semua tipe dalam pembelajaran dapat dilaksanakan pada sekolah tingkat
menengah, guru harus mempertimbangkan beberapa hal agar proses pembelajaran
berhasil, seperti siswa, model pembelajaran, tujuan pembelajaran, alat dan
sumber belajar.
Model
pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
selama proses pembelajaran. Keterlibatan siswa tersebut dapat mengembangkan
kemampuannya dalam mengungkapkan pendapat, menyanggah pendapat, berkomunikasi,
berinteraksi dan bertanggungjawab. Tetapi model pembelajaran yang selama ini
digunakan dan dipandang efektif oleh guru adalah model pembelajaran yang dalam
penyampaian materi dapat dilaksanakan dengan mudah untuk mencapai tujuan
pembelajaran, seperti proses belajar mengajar matematika di SMP Bustanul Makmur
Genteng.
Menurut guru bidang studi
matematika kelas VII SMP Bustanul Makmur Genteng, dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas VII penyampaian materi pelajaran dilakukan dengan ceramah
yaitu penuturan secara lisan atau tulisan tentang materi yang diajarkan
sedangkan siswa tinggal menerima saja sebagaimana yang dijelaskan oleh guru. Untuk
mengontrol pengetahuan siswa, biasanya guru melakukan tanya jawab serta
memberikan tugas dalam mencapai tujuan kompetensi. Walaupun media pembelajaran
di kelas sudah lengkap, seperti adanya LCD tetapi guru terkadang tidak
mempergunakan media itu dengan baik, karena banyaknya kegiatan guru diluar jam
pelajaran, sehingga guru tidak sempat membuat power pointnya. Keadaan
tersebut sesuai dengan pengamatan awal yang dilakukan, bahwa kegiatan belajar
mengajar dilakukan dengan ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas untuk
menuntaskan materi pelajaran.
Dengan
kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan dengan ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas
ini, membuat suasana belajar menjadi membosankan sehingga menyebabkan muncul
anggapan di masyarakat bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, menakutkan,
dan membosankan sehingga kurang disukai oleh siswa. Di samping itu siswa juga
merasa sulit untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dilakukan
suatu model pembelajaran yang lain, dalam hal ini model Gal’perin dengan
pendekatan contextual theaching and learning (CTL), agar materi
matematika yang diberikan dapat mudah diterima oleh siswa.
Menurut
teori pendidikan Gal’perin proses belajar dapat digambarkan sebagai serangkaian
empat tahap yaitu orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan Utomo, T dan
Koes Ruijter (dalam Handayani, 2005: 11). Pada tahap orientasi guru biasanya
memberikan informasi tentang isi, struktur mata pelajaran, hubungan mata
pelajaran tersebut dengan mata pelajaran lain dan contoh penerapan materi dalam
kehidupan sehari-hari serta keterkaitannya dengan cabang-cabang ilmu lainnya
kepada siswa. Berdasarkan fakta di
lapangan, penyampaian isi materi pelajaran dengan metode ceramah membuat siswa
menjadi cepat bosan dan sulit memahami materi, oleh karena itu pada penelitian
ini akan menggunakan pendekatan Contextual teaching and learning (CTL). Dengan
pendekatan Contextual teaching and learning (CTL) proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan penggabungan antara model
pembelajaran Gal’perin dengan pendekatan Contextual teaching and learning
(CTL) diharapkan dapat membuat
matematika mudah diterima, dipahami, serta disukai oleh siswa dan sekaligus
mengurangi anggapan negatif tentang matematika sebagai ilmu yang sulit
dipelajari.
artikel skripsi dari: mbak fadhilatul M Program studi Pendidikan matematika universitas jember.
0 komentar:
Posting Komentar