Matematika
merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu matematika
merupakan mata pelajaran yang mutlak untuk dipelajari. Namun berbagai keluhan
tentang kesulitan belajar matematika masih banyak temui. Realitas
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bidang studi matematika
sangat sulit, sehingga sering dijumpai sosok siswa yang begitu pelajaran
dimulai wajahnya tampak jemu karena tidak menyukai pelajaran matematika. Rasa tidak
suka ini bisa bersumber dari diri siswa itu sendiri ataupun dari guru mata
pelajaran matematika. Siswa merasakan bahwa pelajaran matematika sulit karena
dari awal sudah tidak menyukai pelajaran matematika, atau bisa dikarenakan cara
mengajar yang diterapkan oleh guru kurang mengena di hati para siswa sehingga
tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Proses belajar mengajar di sekolah masih cenderung berpusat pada guru
sehingga mengakibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang. Oleh
karena itu guru dituntut untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat
membantu siswa aktif dalam pembelajaran.
Aktivitas siswa
dapat ditumbuhkan dengan mengajak siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Pernyataan
ini sesuai dengan pernyataan Bruner (dalam Dahar, 1989:97-98) yaitu inti dari
belajar adalah bagaimana cara orang
memilih, mempertahankan dan mentransformasi informasi secara aktif, sehingga
pengetahuan yang dipelajari oleh seseorang akan diinternalisasi dengan baik
apabila proses belajar dilakukan secara optimal. Proses
belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan
tahap enaktif (suatu tahap pembelajaran dengan menggunakan benda-benda kongkret
atau menggunakan situasi nyata), kemudian tahap ikonik (tahap pembelajaran
dengan menggunakan bentuk bayangan visual), dan tahap simbolik (tahap
pembelajaran dengan menggunakan bentuk simbol-simbol abstrak).
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dalam
kelompok kecilnya bekerja sama dan saling tukar pendapat untuk mengungkapkan
pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar
kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif
diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya
persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai
keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil
dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Menurut Lie
(2002:54-63), pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik antara lain:
mencari pasangan (make a match), bertukar pasangan,
berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-share and think-pair-square),
berkirim salam dan soal, kepala bernomor (number heads), kepala bernomor
terstruktur, dua tinggal dua tamu, keliling kelompok, kancing gemerincing,
keliling kelas dan lain-lain. Salah satu teknik yang disebutkan di atas yaitu
teknik Kancing Gemerincing. Teknik Kancing gemerincing
merupakan teknik pembelajaran yang mengggunakan kancing-kancing sebagai media
untuk mengatur pola interaksi siswa dalam kelompok belajar. Kegiatan
pembelajaran pada teknik kancing gemerincing memberi kesempatan kepada siswa
untuk memberikan kontribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran siswa
lain dalam satu kelompok.
0 komentar:
Posting Komentar