WELCOME TO THIS BLOG!!. PLEASE ENJOY THE MENU HAS BEEN PROVIDED

Tampilkan postingan dengan label model pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label model pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Juli 2012

Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Strategi PQ4R dengan Teori Belajar Gagne


Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih berkualitas menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman yang penuh dengan persaingan ini yaitu lulusan yang tidak hanya berkualitas dalam ilmu pengetahuan tetapi juga berkualitas dalam keterampilan. Kedua aspek tersebut sangat penting dimiliki oleh setiap lulusan agar dapat bertahan di zaman yang penuh dengan persaingan ini.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan sudah banyak dilakukan diantaranya, diadakan pembaharuan dalam pendidikan termasuk pendidikan matematika yaitu salah satunya adalah memperbaiki sistem pembelajaran, yang dahulu pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered instruction) atau didasarkan pada bagaimana guru mengajar, dan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru sehingga menjadikan siswa kurang aktif. Pada saat ini dikembangkan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centre- instruction) atau pembelajaran yang didasarkan pada bagaimana siswa belajar. Dalam pembelajaran ini siswalah yang aktif dalam menggali informasi sehingga siswa tidak hanya mendengarkan dan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
Matematika merupakan salah satu ilmu eksak yang mempelajari tentang sesuatu yang bersifat abstrak. Hal ini juga dikemukakan oleh  Joni (1984:9) bahwa matematika adalah suatu cabang ilmu yang obyeknya bersifat abstrak karena obyeknya itu hanya merupakan hasil ciptaan akal manusia belaka, dan sebaliknya bukan merupakan kenyataan empiris. Meskipun obyek matematika bersifat abstrak tetapi matematika memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK). Matematika dapat bermanfaat sebagai alat bantu penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Hudoyo (dalam Ajeng, 1990:62) bahwa matematika bukanlah ilmu yang hanya diperlukan untuk dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat untuk sebagian besar ilmu-ilmu lain terutama sains dan teknologi.
Jika kita melihat di lapangan, banyak sekali siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika, karena siswa selalu menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan tidak menarik. Padahal matematika sangat penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), oleh karena itu telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran matematika yang salah satunya adalah pembaharuan belajar mengajar di kelas atau dengan mengembangkan strategi-strategi belajar agar siswa tidak merasa bahwa matematika itu sulit.
Pada suatu pembelajaran, sebagian besar materi yang akan diajarkan berhubungan atau kelanjutan dari materi sebelumnya dan siswa hanya diberikan rumus-rumus sehingga siswa kurang memahami konsep dari materi yang diajarkan serta siswa menjadi kurang aktif karena hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Materi kubus dan balok berhubungan dengan materi sebelumnya yaitu materi segiempat khususnya persegi dan persegi panjang serta membutuhkan strategi untuk memahami konsep kubus dan balok, maka akan digunakan strategi PQ4R dengan teori belajar Gagne.
Strategi PQ4R dengan teori belajar Gagne adalah gabungan dari strategi belajar dan teori belajar yang dapat membantu siswa dalam memahami dan mengingat mata pelajaran atau materi yang dipelajari dengan stimulus yang diberikan guru dan respon oleh siswa. Strategi belajar dan teori belajar ini saling melengkapi satu sama lain dalam proses pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami dan mengingat materi yang diberikan.

Minggu, 29 Juli 2012

Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah


Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Pekerjaan mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana. Tidak pula dapat dicapai dalam waktu singkat. Hal itu memerlukan dukungan seluruh komponen bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta berlangsung seumur hidup. Ini berarti bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang utuh dan berkualitas melalui pendidikan dibutuhkan seperangkat prasarana dan sarana pendukung yang memadai. Dalam sistem pendidikan, kurikulum merupakan komponen esensial dan utama yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pengembangan kurikulum, dan para guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum dimaksud.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.  Belajar akif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Senin, 21 November 2011

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DIPADU DENGAN TEORI BRUNER



Matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu matematika merupakan mata pelajaran yang mutlak untuk dipelajari. Namun berbagai keluhan tentang kesulitan belajar matematika masih banyak temui. Realitas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bidang studi matematika sangat sulit, sehingga sering dijumpai sosok siswa yang begitu pelajaran dimulai wajahnya tampak jemu karena tidak menyukai pelajaran matematika. Rasa tidak suka ini bisa bersumber dari diri siswa itu sendiri ataupun dari guru mata pelajaran matematika. Siswa merasakan bahwa pelajaran matematika sulit karena dari awal sudah tidak menyukai pelajaran matematika, atau bisa dikarenakan cara mengajar yang diterapkan oleh guru kurang mengena di hati para siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Proses belajar mengajar di sekolah masih cenderung berpusat pada guru sehingga mengakibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa aktif dalam pembelajaran.
Aktivitas siswa dapat ditumbuhkan dengan mengajak siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan Bruner (dalam Dahar, 1989:97-98) yaitu inti dari belajar  adalah bagaimana cara orang memilih, mempertahankan dan mentransformasi informasi secara aktif, sehingga pengetahuan yang dipelajari oleh seseorang akan diinternalisasi dengan baik apabila proses belajar dilakukan secara optimal.  Proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif (suatu tahap pembelajaran dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi nyata), kemudian tahap ikonik (tahap pembelajaran dengan menggunakan bentuk bayangan visual), dan tahap simbolik (tahap pembelajaran dengan menggunakan bentuk simbol-simbol abstrak).
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecilnya bekerja sama dan saling tukar pendapat untuk mengungkapkan pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Menurut Lie (2002:54-63), pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik antara lain: mencari pasangan (make a match), bertukar pasangan, berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-share and think-pair-square), berkirim salam dan soal, kepala bernomor (number heads), kepala bernomor terstruktur, dua tinggal dua tamu, keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas dan lain-lain. Salah satu teknik yang disebutkan di atas yaitu teknik Kancing Gemerincing. Teknik Kancing gemerincing merupakan teknik pembelajaran yang mengggunakan kancing-kancing sebagai media untuk mengatur pola interaksi siswa dalam kelompok belajar. Kegiatan pembelajaran pada teknik kancing gemerincing memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran siswa lain dalam satu kelompok.

Minggu, 20 November 2011

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER


Model pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pelajar dalam merancang aktifitas pembelajaran Winataputra (2001:3). Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Setyosari (2001:106) bahwa model pembelajaran mendeskripsikan proses-proses atau tahapan-tahap yang dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran. Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan model pembelajaran adalah pola atau kerangka konseptual yang mendeskripsikan proses yang sistematis dari rencana belajar. 
                Menurut Joyce dan Weil (1980:9-11) model pembelajaran dikelompokkan dalam empat kategori yaitu (1) kelompok model pemrosesan informasi, (2) kelompok model personal, (3) kelompok model sosial, dan (4) kelompok model sistem perilaku. Model pemrosesan informasi menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang termasuk dalam kategori model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran advance organizer. Menurut Dahar (1989:118) advancer organizer berguna untuk mengajarkan materi pelajaran yang telah mempunyai struktur teratur. Advance organizer mengarahkan siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan serta dapat digunakan dalam menanamkan pengetahuan baru. Dengan demikian diharapkan siswa dapat mengaitkan informasi yang telah dimiliki dengan materi yang akan diajarkan. Joyce dan Weil (1980:82) menambahkan bahwa advance organizer penting untuk disajikan sehingga memungkinkan konsep-konsep saling berkaitan.
Model pembelajaran advance organizer disajikan dalam tiga fase yaitu fase penyajian advance organizer, fase penyajian materi pelajaran, dan fase penguatan organisasi (struktur) kognitif. Fase advance organizer  terdiri dari tiga aktifitas, yaitu menentukan tujuan umum pembelajaran, menyajikan advance organizer, dan mendorong kesadaran akan pengetahuan yang relevan. Fase penyajian materi adalah pembelajaran yang akan dipelajari. Penyajian materi dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya metode diskusi atau metode lainnya dengan memperhatikan prinsip belajar bermakna. Fase terakhir adalah penguatan struktur kognitif, bertujuan menempatkan materi yang sedang dipelajari ke dalam struktur kognitif, pelajaran yang sudah ada serta memperkuat pengorganisasian kognitif pelajaran. Terdapat empat aktifitas dalam fase terakhir ini yaitu menggunakan prinsip–prinsip penyatuan materi (integrative reconciliation), meningkatkan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif, mendekatkan pendekatan kritis pada materi pembelajaran, dan membuat kesimpulan.

Sabtu, 19 November 2011

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)


Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri maupun potensi yang bersumber dari luar diri sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah strategi pembelajaran kooperatif. Ide pembelajaran kooperatif muncul dari para filosofi yang mengemukakan bahwa agar seseorang dapat belajar, maka ia harus mempunyai teman atau pasangan dalam belajar sehingga teman belajar tersebut dapat diajak untuk memecahkan masalah (Slavin dalam Kurniyawati, 2004).

Menurut Sunardi (2006:12-13) pendekatan yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif yaitu pendekatanSTAD (Student Teaching AchievementDivision), pendekatan jigsaw, pendekatan GI (Group Investigation), dan pendekatan struktural. Pendekatan struktural memberikan penekanan pada struktur untuk meningkatkan keterampilan sosial dan struktur untuk meningkatkan perolehan isi akademik. Struktur untuk meningkatkan keterampilan sosial memiliki dua model yaitu Achieve Listening dan Time Token begitu pula dengan struktur untuk meningkatkan perolehan isi akademik juga memiliki dua model yaitu Think Pair Share dan Numbered Head Together (NHT).

Numbered Head Together (NHT) ini untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (konsep). Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah dalam pembelajaran kooperatif model NHT. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Penomoran, guru membagi siswa kedalam kelompok beranggotakan 3-5 orang secara random dan setiap anggota diberi nomor 1-5. Dalam penomoran ini, nomor anggota tidak mempengaruhi nomor soal yang dikerjakan artinya semua anggota kelompok bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan semua soal yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor anggota yang dilengkapi dengan nama dan asal kelompok, nomor anggota ini wajib dipasang di dada sebelah kanan.
  2. Mengajukan Pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa atau guru memberi soal melalui LKS kepada siswa. LKS diberikan kepada setiap kelompok.
  3. Berpikir Bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan di LKS dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
  4. Menjawab, guru memanggil nomor tertentu kemudian siswa yang nomornya sesuai, berdiri dan mengacungkan tangannya. Siswa yang nomornya terpanggil mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.