WELCOME TO THIS BLOG!!. PLEASE ENJOY THE MENU HAS BEEN PROVIDED

Tampilkan postingan dengan label keikhlasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keikhlasan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 Desember 2011

Ikhlas Jurus Ampuh Menangkal Godaan Setan


Ikhlas berarti “tulus” atau “memurnikan”. Menurut terminology syara’, kata ikhlas berarti memurnikan amal semata-mata hanya karena Allah SWT. Sikap ikhlas yang ada pada seseorang hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Ikhlas bukan suatu sikap yang bias diwakili oleh suatu sikap yang bias diwakili oleh pengakuan. Ikhlas bukan merupakan sesuatu yang kasat mata seperti amal-amal lahiriah. Ikhlas adalah jiwa bagi amal. Sebuah amal akan menjadi minim nilai/pahala atau boleh jadi tidak berpahala serta sering tidak bertahan lama tatkala amal tersebut tanpa dilakukan dengan keikhlasan. Lawan dari ikhlas adalah riya’ atau sum’at (suka pamer). Riya’ timbul karena motivasi mengerjakan suatu amal ibadah semata-mata bukan karena Allah.
Jika ikhlas merupakan factor penting diterimanya amal di sisi Allah, maka riya’ dan sum’at merupakan penghalang pahala bagi amal. Sikap ikhlas sangat terpuji dalam pandangan Allah. Orang yang ikhlas tidak memerlukan saksi amalnya selain Allah, karena seseorang yang ikhlas tidak akan membedakan amal dihadapan orang lain atau ketika sendirian. Oleh karenanya orang yang ikhlas akan sangat identik dengan sifat istiqamah. “al-istiqamatu ‘ainul karamah”, yang artinya kekeramatan itu pada dasarnya adalah sikap istiqamah.
Ikhlas merupakan karunia Allah yang luar biasa bagi orang-orang mukmin yang dipilih-Nya. Tidak semua orang mampu selalu bersikap ikhlas. Karena itulah maka tidak ada orang yang beruntung di dunia ini melebihi orang-orang yan ikhlas. Hanya merekalah orang-orang yang terhindar dari godaan setan sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr: 39-40 yang artinya:
Ia (iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, sungguh aku pasti akan jadikan (maksiat) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMU yang terpilih (dijadikan orang-orang yang ikhlas) di antara mereka”.
Semua anak adam di bumi menjadi sasaran godaan iblis sesuai dengan sumpah iblis dihadapan Allah SWT yang tertera di ayat al-qur’an di atas. Iblis tidak hanya menggoda manusia untuk melakukan maksiat, tetapi termasuk sisi amal baik mereka. Jika amal sudah termotivasi semata-mata buka karena Allah, maka ia sudah terkontaminasi oleh godaan setan. Oleh karenya, ikhlas merupakan jurus ampuh untuk membentengi godaan setan.
Lalu bagaimana jika kita tidak ikhlas dalam menjalankan ibadah kepada Allah?. Apa yang sebaiknya kita lakukan, terus menjalankan ibadah kepada Allah ataukah berhenti untuk tidak menjalankan amal ibadah yang diperintahkan oleh Allah?. Jika pada mulanya ikhlas sulit dilakukan oleh sesorang, maka bukan berarti lantas meninggalkan amal. Orang yang sudah mengerjakan kewajibannya meskipun tidak ikhlas, minimal sudah menggugurkan kewajibannya. Bagaimanapun kewajiban tetaplah kewajiban yang harus ditunaikan, dengan ikhlas ataupun tidak.
Pembagian Ikhlas
Ikhlas terdiri dari tiga tahap, pertama; seseorang menjalankan amal ibadah karena janji Allah SWT berupa surga atau rasa karena rasa takut masuk ke dalam neraka. Kedua; seseorang menjalankan ibadah karena ia merasa diperintah oleh Allah sebagai tuhannya yang telah memberinya nikmat yang tiada terhitung. Ia senantiasa ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur dan ingin menjdai pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Yang ketiga adalah sikap ikhlas yang paling tinggi, yakni di mana seseorang sudah merasa “menyaksikan” tuhannya. Orang semacam ini akan cenderung menganggap ibadah sebagai kebutuhan baginya, dan bukan lagi sekedar kewajiban. Tak ada apa pun yang wujud dalam hakikatnya selain Allah. Orang yang berada pada tingkat ikhlas ini disebut dengan al-‘arif billah.

Minggu, 27 November 2011

Keikhlasan dalam Ibadah


Ketika kita membuka kitab akhlak, contohnya kitab riyadlus sholihin kitab hadis karangan Imam Nawawi kita menemukan bahwasannya bab yang paling awal adalah bab ikhlas. Kenapa ulama’-ulama’ salaf dalam mengarang kitab selalu diawali dengan bab ikhlas?. Ikhlas adalah masalah hati, dan hal ini bergantung sekali dengan masalah niat ketika menjalankan suatu ibadah. Oleh karena kebanyakan kitab selalu diawali dengan bab ikhlas sehingga murid maupun guru mampu manata hati dengan baik ketika berniat untuk mencari ilmu, kalau orang jawa sering mengatakan kepada anaknya, “Seng pinter noto ati yoo le”.
Agama mengajarkan bahwa semua ibadah hendaknya dilakukan semata-mata ikhlas karena Allah (Qs Al-An’am, 6:162-163). Karena hanya dengan niat yang ikhlas akan terjamin kemurnian ibadah yang akan membawa pelaksanaanya dekat kepada Allah. Tanpa ada keikhlasan hati, mustahil ibadah akan diterima oleh Allah (Qs. Al-bayyinah 98:5).
Contoh yang paling hebat dari keikhlasan adalah seperti ayng dicontohkan oleh nabi Ibrahim as ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putra sulungnya yaitu, nabi ismail as. Nabi Ibrahim pun melakukannya dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT. Kemudian allah menggantikan nabi ismail dengan sembelihan, kambing yang kemudian disyariatkan kepada umat muslim untuk berqurban ketika hari raya idul adha.
Dengan keikhlasan, seseorang dapat mewujudkan amail sejati. Kesejatian setiap amal diukur dari sikap keikhlasan yang melandasinya. Dan kesediaan berqurban yang dilandasi rasa keikhlasan semata-mata, mampu mengurangi sifat keserakahan yang ada dalam diri manusia.
Setiap ibadah pasti menyimpan suatu hikmah, meskipun tidak semua orang dapat mengetahui hikmah tersebut melalui penalaran pikirannya. Hanya Allah sendiri yang mengetahui rahasia dan hikmah seluruh ajaran agama yang diturunkanNya.
Diantara hikmah berqurban adalah untuk mendekatkan diri atau taqorrub serta wujud syukur kepada Allah swt atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkannya. Selain itu, dengan syariat berqurban, kaum muslimin dilatih untuk menebalkan rasa kemanusiaannya, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa solidaritas social yang tinggi diantara umat manusia.
Dari uraian singkat diatas dapat diambil pelajaran:  Semua aktifitas manusia akan dinilai ibadah dan akan mendapatkan ridlo Allah swt ketika didasari niat ikhlas karena allah, karena ikhlas adalah syarat mutlak untuk dterimanya ibadah.
Karena ikhlas tempatnya di hati, dan hati itu selalu berubah-ubah (berbolak-balik) maka nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk membaca do’a: “yaa muqallibal quluub, tsabbit ‘alaa diinik”. Yang artinya, ya allah yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati ini dalam agama-Mu.